Disaat Seorang Syekh Cemburu pada Tuhannya
Syekh Abu
Utsman Sai’d bin Ismail al-Hirri, seorang ulama sufi asal Naisabur, pernah
memergoki seorang pemuda mabuk dalam sebuah perjalanan. Bersama kecapinya,
pemuda nakal ini berjalan sempoyongan menyusuri jalanan.
Tahu bahwa Abu
Utsman sedang menyaksikan tingkahnya, si pemuda segera merapikan rambut dan
menyembunyikan kecapi kesayangannya. Entah karena khawatir akan berurusan
dengan pihak berwajib atau sekadar rasa segan.
Abu Utsman
segera menghampirinya. Pribadinya yang santun dan rendah hati menghapus segala
rasa curiga dan takut pemuda mabuk itu. Abu Utsman menegaskan bahwa di antara
mereka berdua adalah saudara.
Singkat cerita,
si pemuda pun memutuskan hidup secara baru. Ia menyesali perbuatan masa lalunya
dan menapaki jalan kebenaran sebagai murid Syekh Abu Utsman. Tobat si pemuda
disambut Abu Utsman dengan memintanya mandi dan memberinya pakaian.
“Ya Allah, aku
sudah melaksanakan kewajibanku. Selebihnya adalah urusan-Mu,” Abu Utsman
bermunajat.
Abu Utsman
betul-betul tak menyangka, sejenak kemudian, muridnya itu mendapat pengalaman
mistik luar biasa. Suatu peristiwa rohani yang tak pernah ia alami sebelumnya.
Sore harinya ia mengadu ke Syekh Abu Utsman al-Maghribi.
“Wahai Syekh,
hatiku tengah terbakar api cemburu. Yang selama hidup kudambakan telah
dilimpahkan kepada pemuda yang masih mengeluarkan bau anggur dari dalam
perutnya ini. Maka kini aku pun mengerti bahwa manusia mampu berusaha tetapi
Tuhan yang menentukan.
Posting Komentar