اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

KISAH GURU SUFI 1000 TAHUN YANG LAMPAU

Minggu, 26 Mei 20130 komentar

KETIKA MAUT DATANG KE BAGDAD


Pada suatu hari, pengikut seorang sufi di Bagdad sedang duduk di sudut sebuah warung ketika di dengar nya dan makhluk sedang bercakap-cakap. Berdasarkan apa yang di percakapkan itu, pengikut sufi tersebut mengetahui bahwa salah satu diantaranya yang sedang berbicara itu adalah malaikat maut.
“Saya bertugas menemui sejumlah orang di kota ini selama tiga minggu mendatang”, kata malaikat itu kepada temannya.
Karena takut, pengikut sufi itu menyembunyikan diri sampai yang berbicara itu berlalu. Kemudian, setelah memeras otak bagaimana caranya menghindarkan diri dari maut, ia memutuskan bahwa apabila ia menjauhkan diri dari bagdad, tentunya maut tak akan bisa mencapai nya, berdasarkan alasan itu, ia pun segera menyewa kuda yang tercepat, dan memacu nya siang -  malam menuju Samarkhand.
Sementara itu Malaikat maut menemui guru sufi : mereka berdua membicarakan beberapa orang. “Dan di mana gerangan pengikutmu si Anu?” Tanya malaikat maut.
“Tentunya ia ada di kota, sedang merenungkan sesuatu, mungkin di warung minum”, jawab  sang guru.
“Aneh”, kata sang malaikat. “Ia terdaftar dalam daftar ku. Ya, betul?  ini dia: dan aku harus menjemputnya dalam waktu empat minggu ini di Samarkhand, ya Samarkhand”.


Catatan :

Versi kisah ini diambil dari hikayat-i-Naqsia “kisah nasib”
Pencipta kisah ini, kisah yang di gemari di timur Tengah, adalah sufi agung Fudail Bin Ayad, bekas perampok yang meninggal pada awal abad kesembilan.
Menurut cerita sufi, yang dikukuhkan oleh bahan-bahan sejarah, Harun Al Rasyid Khalifah Bagdad mencoba memusatkan segala pengetahuan di istana dalam pengayoman nya, tetapi tidak seorang pun yang  menghendaki Raja segala Raja itu meminta bantuan dalam menjalankan tugasnya.
Ahli sejarah sufi menceritakan bagaimana Harun dan perdana Menteri nya mengunjungi Mekah untuk bertemu dengan Fudail, yang mengatakan, “sang penguasa kaum setia : Tampaknya wajah baginda yang cemerlang itu akan jatuh ke api neraka!.
Harun bertanya kepada sang bijak, “ pernahkah kau mengenal orang lebih mampu mengambil jarak daripada kau sendiri?.
Fudail menjawab : Pernah, Baginda lebih mampu mengambil jarak dari lingkungan dunia biasa ini, tetapi baginda telah mampu mengambil jarak yang lebih besar yakni dari keabadian!.
Fudail mengatakan kepada kepada khalifah bahwa kekuasaan atas diri sendiri lebih berhargadari pada kekuasaan selama seribu tahun atas orang-orang lain.
Share :

Posting Komentar

 

Copyright © 2011. Meniti Ridlo Ilahi - All Rights Reserved
Published by El Fakir Abi Salwa
Proudly powered by Blogger